Untaian nasehat pasutri bag 4

MATERI KELUARGA SAMAWA :
UNTAIAN NASEHAT UNTUK PASUTRI.
(BAGIAN 4)

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Saling Memahami dan Menasehati

Suatu rumah tangga bisa baik tatkala suami dan istri saling memahami. Suami harus memahami tabiat wanita secara umum, bahwa wanita berbeda dengan laki-laki. Maka itu janganlah mengukur istri seperti laki-laki. Hendaknya sang suami menjaga apa-apa yang menjadi ketidaksukaan istrinya. Celah-celah yang menyebabkan permasalahan jangan diperbesar. Akan tetapi harus saling memahami bahwa masing-masing penuh dengan kekurangan. Inilah yang harus disadari dulu, agar dapat saling memahami. Apalagi tabiat seorang wanita memang memiliki kekurangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا.

“Aku tidak melihat ada di antara wanita-wanita yang kurang akal dan agamanya, yang lebih bisa menghanyutkan hati seorang laki-laki tegas, daripada seorang dari kalian.” Mereka (para wanita itu) berkata, “Apakah kekurangan agama dan akal kami wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukankah persaksian wanita itu setengah dari persaksian laki-laki?” Mereka berkata, “Benar.” Beliau berkata, “Maka itu termasuk kekurangan akalnya. Bukankah kalau ia haid maka ia tidak shalat dan tidak berpuasa?” Mereka berkata, “Benar.” Beliau berkata, “Maka itulah salah satu kekurangan agamanya.” (HR. Bukhari dari hadis Abu Sa’id Al-Khudri)

Kekurang akal wanita ini berdasarkan firman Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kesaksian wanita:

فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى

“Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.” (Al-Baqarah: 282)

Ini isyarat bahwa tabiat wanita juga adalah mudah lupa. Di antaranya adalah wanita mudah lupa dengan kebaikan suami. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Wahai sekalian para wanita, bersedekahlah. Karena diperlihatkan kepadaku bahwa kalangan wanita itulah penduduk neraka yang paling banyak.” Mereka (para wanita itu) berkata, “Dengan sebab apakah wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.” (HR. Bukhari dari hadis Abu Sa’id Al-Khudri)

Inilah tabiat wanita. Oleh karena itu jika suami mendapati istriya demikian, wajar saja, ini tabiat wanita. Jika ini terjadi maka suami harus bisa lapang dada. Ia ingatkan dan nasehati dengan baik. Tabiat ini jangan dilawan dan dikeraskan karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok yang bisa patah. Dengan demikian, harus dinasehati dengan pelan dan lemah lembut. Allah azza wa jalla berfirman:

فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)

Maka misalnya ada suatu cacat pada tubuhya, atau suatu perangai yang tak disukai, maka boleh jadi dibalik itu semua Allah jadikan kebaikan yang besar. Janganlah membayangkan wanita yang kalian nikahi penuh kesempurnaan, justru pasti ada kekurangan. Maka bersabarlah tatkala menemukan yang kurang menyenangkan, karena Allah  telah menyatakan adanya kebaikan padanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam Shahih Muslim dari hadis Abu Hurairah:

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang pria mukmin membenci seorang wanita mukminah. Kalau ia membenci suatu perangai dari wanita mukminah tersebut, maka ia akan ridho dengan perangai lainnya.”

Misal di kakinya ada cela, maka lihat yang lain yang lebih menyenangkan. Jika ada akhlaknya yang kurang, maka lihat akhlak yang lain yang ada kebaikan. Jika seorang laki-laki menemui satu perangai jelek istrinya, lantas itu menyebabkan tertutupinya semua kebaikannya, maka itu sama seperti kebiasaan wanita yang karena melihat satu saja keburukan suaminya maka ia lalu melupakan seluruh kebaikan suaminya. Kalau ini adalah tabiat wanita yang wajar, maka janganlah suami bertabiat seperti wanita. Kita harus pahami bahwa kita tidak sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا النَّاسُ كَالإِبِلِ الْمِائَةُ لاَ تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً

“Manusia itu tidak lain adalah seperti unta yang seratus. Dari yang seratus itu hampir tidak ada yang enak menjadi tunggangan bepergian jauh.” (HR. Bukhari dari hadis Abdullah bin Umar)

Artinya, manusia tidak ada yang sempurna. Yang sempurna hanyalah Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka perhatikanlah, jika kalian menemui kekurangan pada istri, Allah azza wa jalla memberikan tuntunan:

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , maka nasehatilah mereka.” (An-Nisa: 34)

Inilah tuntunan Al Qur’an, bahwa ada tahapan jika terjadi suatu permasalahan, agar rumah tangga tetap dipertahankan. Sungguh syaitan selalu mengajak pada kerusakan. Sebelum jadi suami istri, syaithan mengajak mereka berkhalwat atau pacaran. Apalagi dengan teknologi yang ada sekarang seperti HP dan internet. Bahkan di rumahnya saja bisa berkhalwat mengobrol berdua dengan lelaki. Lalu ketika sudah menjadi suami istri yang sah, maka syaitan memisah suami dengan istri. Inilah keinginan iblis. Apalagi dengan teknologi yang ada saat ini, yang hanya membuat kisruh dan ruwet. Misalnya, hanya karena sms yang entah tersasar atau bagaimana, malam-malam masuk ke HP si suami atau istri, terjadilah salah paham. Dalam hal ini harus bisa saling memahami, saling terbuka, jangan sampai hal seperti ini menyebabkan kecurigaan adanya selingkuhan. Bukan tidak ada, kasus hampir terjadinya perceraian hanya karena ‘sms nyasar’. Dari situ akhirnya cekcok menjadi semakin besar karena adanya masalah-masalah sepele keluarga yang menumpuk tanpa adanya saling memahami.

Demikianlah jika suami khawatir akan nusyuz istri. Sebaliknya, jika istri yang khawatir dengan sikap suami yang berpaling, ada tuntunannya juga. Allah azza wa jalla tidak langsung memerintahkan cerai, tapi bagaimana caranya agar bisa berdamai. Allah berfirman:

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (An-Nisa: 35)

Inilah tuntunan Al Qur’an yang indah sekali, bahwa damai itu penuh kebaikan, demi tetap terjaganya kehidupan rumah tangga.

Bersambung.....

Komentar

Postingan Populer