HUJAN

MUTIARA NASIHAT :
HUJAN LAGI...HUJAN LAGI..!!!

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين, أما بعد :

Kalimat seperti ini "hujan lagi..hujan lagi!!!" jika yang mengucapkan niatnya atau konotasinya marah atau mencela, maka yang demikian bisa merusak keimanan seseorang.

وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ مُّبَـٰرَكً۬ا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّـٰتٍ۬ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ

“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”(Qs Qaaf 9).

Bagaimana dia mencaci suatu yang diberkahi Allah Ta'ala.
Dan secara umum kita dilarang mencaci ciptaan Allah Ta'ala.

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, AllahTa’ala berfirman,

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ

”Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi , dari Abu Ka’ab. shahih)

Bahkan jika dia mengaitkan hujan dengan yang lain selain Allah Ta'ala, seorang bisa kafir. Inilah yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم .Sebagaimana hadits mulia ini:

”حديث زَيْدِ بْنِ خالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ: صَلّى لَنا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَلاةَ الصُّبْحِ بالحُدَيْبِيَةِ عَلى إِثْرِ سَماءٍ كانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ، فَلَمّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلى النَّاسِ فَقالَ: هَلْ تَدْرُونَ مَاذا قَالَ رَبُّكُمْ قَالوا اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبادي مُؤْمِنٌ بِيَ وَكافِرٌ، فَأَمّا مَنْ قَالَ مُطِرْنا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيَ وَكافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمّا مَنْ قَالَ مُطِرْنا بِنَوْءِ كَذا وَكَذا فَذَلِكَ كافِرٌ بِيَ وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

Zald bin Khalid Aljuhani  berkata: Ketika kami bersama Nabi ﷺ di Hudaibiyah, shalat subuh berjama’ah dengan kami, yang mana pada malamnya telah turun hujan, maka sesudah shalat Nabi ﷺ . langsung menghadap kami dan bersabda: Tahukah kamu apakah yang difirmankan Tuhanmu? Jawab kami: Allahu warasuluhu a’lam (Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui). Maka sabda Nabi ﷺ : Allah berfirman: Di waktu pagi hambaKu ada yang mu’min (percaya) kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun yang berkata: Hujan ini dengan karunia dan rahmat Allah, maka ia percaya kepada-Ku dan kafir terhadap bintang, adapun orang yang berkata: Hujan ini karena bintang ini dan bintang itu, maka itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang. (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim )

Maka seorang bisa kafir jika mengaitkan turunnya hujan dengan bintang, atau dewa, atau karena acara tertentu seperti Imlek dll.
Dalam hadits lain Nabi menegaskan :

ثلاث أخاف على أمتي: الاستسقاء, وحيف السلطان, وتكذيب باالقدر

“Tiga hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa umatku: menisbatkan hujan kepada bintang-bintang, penguasa yang zhalim, dan pendustaan terhadap taqdir. (HR. Ahmad, sahih jaami' ashshogir no 3022, dlm shahihah 1127)

disabdakan Rasulullah صلى الله عليه و سلم dari Rabb-nya, bahwa Dia berfirman:

أصبح من عبادي مؤمن بي و كافر فأما من قال: مطرنا بفضل الله و رحمته, فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب, وأما من قال: مطرنا بنوء كذا و كذا, فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب

“Diantara hamba-Ku ada yang menjadi beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: ‘Kami telah diberi hujan karena keutamaan dan rahmat Allah, ’maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Sedang orang yang mengatakan ‘Kami diberi hujan karena bintang ini dan itu, ’maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang. (HR. al-Bukhari).

Alquran menerangkan tentang hujan : "Tidakkah kamu melihat bahawa Allah menggerak-gerakkan awan, kemudian dikumpulkan-Nya (Allah) antara (bahagian-bahagian)nya, kemudian Dia (Allah) menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar daripada celah-celahnya. Dan Dia (Allah) menurunkan dari langit, daripada gunung, yang di dalamnya (terdapat) salju ( es), maka ditimpakan-Nya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya (Allah) dan dipalingkan-Nya (Allah) daripada siapa yang dikehendaki-Nya (Allah). Hampir-hampir pancarannya yang berkilauan menghilangkan penglihatan". (Qs An-Nuur : 43)

Maka ajarkanlah anak2 kita bahwa Allah yang menurunkaj hujan, bukan sekedar proses alam yang turun begitu saja seperti di pelajaran ilmu alam dahulu kita menjawab ulangan bahwa hujan turun karena penguapan bumi karena panas matahari kemudian berkumpul menjadi awan, kemudian jika sudah waktunya karena penuh maka turun hujan, tidak ada kita kaitkan atas kehendak Allah, yang demikian bisa menjadikan syirik Rububiyah, syirik dalam meniadakan ciptaan atau pemeliharaan atau pengaturan dari Allah Ta'ala.
Padahal hujan adalah ciptaan dan kehendak Allah dengan proses yang telah jelas dlm Annur : 43.

Hati-hatilah apa yang kita nyatakan :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

”Tiada suatu ucapanpun yg diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

Allahumma Ya Allah kami berlindung padaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Allahua'lam.

Wallaahu a’lam.
Wallaahu Waliyyut Taufiiq

Semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua, serta bisa sebagai acuan untuk senantiasa memberikan kita ilmu yg bermanfaat, Rizqi yg Halal lagi Baik dan amalan yg diterima.

¤¤ AD-DIINU AN-NASHIIHAH ¤¤

Kota Bima, Tgl 28 Februari 2016

Silakan SHARE pada yang lain yang belum mengetahui, agar Anda pun bisa dapat bagian pahala.

Komentar

Postingan Populer