Tauhid (sial)

MATERI TAUHID :
JANGAN MENGANGGAP SIAL SESUATU KARENA AKAN MENJADI SIAL BENERAN

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Iya, karena anggapan sial (Tiyarah) yang tidak berdasar  bisa bertentangan dengan TAUHID seseorang

Misalnya:
√ Menggap sial angka 13, jadinya nomor rumah nomor 12 A, 12 B baru ke 14, tidak ada nomor rumah 13 di gang itu

√ Menganggap sial kalau mendengar burung gagak malam hari

√ Tidak jadi berangkat safar karena jatuh cicak di depannya, karena beranggapan sial

Sebenarnya beranggapan sial ini termasuk “beranggapan jelek”, ada yang boleh beranggapan jelek jika ADA INDIKASI yang benar

Indikasinya harus sesuai dengan: Sebab SYAR’I atau sebab KAUNI

Jadi gini, dalam pelajaran TAUHID, sebab itu ada dua:
1. Sebab Kauniy
2. Sebab syar’i

Kalau sebab kauniy, ini adalah hukum sebab-akibat alam atau memang ada penelitian bahwa itu adalah sebabnya
misalnya:
1. Api kalau kena air ya padam, kertas kena api terbakar dengan mudah
2. Motor  jalan dengan bahan bakar bensin bukan air (penelitian)

Kalau sebab syar’i yaitu sebab yang ditentukan oleh syariat menjadi penyebab sesuatu, MESKIPUN bukan penyebab secara kauniy.

Misalnya : Jika ingin dipanjangkan umur (berkah) dan dimudahkan rezeki maka silaturahmi (silaturahmi penyebab mudah rezeki)

Nah, kalau beranggapan jelek/anggapan sial tidak ada Indikasi baik sebab syar’i maupun sebab kauniy, inilah yang TERLARANG.

Misalnya gak jadi safar karena lihat burung gagak

Kalau ada indikasi, maka boleh beranggapan jelek.

Misalnya : pesawat tidak jadi terbang karena gejala cuaca yang tidak bagus yaitu mendung hitam sekali plus halilintar

Inilah “anggapan sial” yang terlarang karena termasuk kesyirikan

‘Abdullah bin Mas’ud menyebutkan hadits secara marfu’ :

‏ﺍﻟﻄِّﻴَﺮَﺓُ ﺷِﺮْﻙٌ ﺍﻟﻄِّﻴَﺮَﺓُ ﺷِﺮْﻙٌ ‏ﺛَﻼَﺛًﺎ ‏ ﻭَﻣَﺎ ﻣِﻨَّﺎ ﺇِﻻَّ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺬْﻫِﺒُﻪُ ﺑِﺎﻟﺘَّﻮَﻛُّﻞِ

“Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”.
Beliau menyebutnya sampai tiga kali.
Kemudian Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Daud, shahih)

Hadits lainnya,

ﻻَ ﻋَﺪْﻭَﻯ ﻭَﻻَ ﻃِﻴَﺮَﺓَ

“Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya dan tidak ada anggapan sial” (HR Bukhari dan Muslim)

CATATAN PENTING :
Salah satu ciri orang yang masuk surga tanpa hisab adalah tidak beranggapan sial

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻫُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﺮْﻗُﻮﻥَ ، ﻭَﻻَ ﻳَﺘَﻄَﻴَّﺮُﻭﻥَ ، ﻭَﻻَ ﻳَﻜْﺘَﻮُﻭﻥَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ

“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak punya anggapan-anggapan sial , tidak minta di-kay (pengobatan dengan besi panas) dan hanya bertawakal kepada Rabbnya” (HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas)

Wallaahu A'lam
Wallaahu Waliyyut Taufiq

Demikian tulisan sederhana yang kami sajikan. Moga menambah hasanah ilmiah para pembaca. Begitu pula kami memohon pada Allah semoga ilmu ini menjadi ilmu yang bermafaat bagi kita semua dan bisa diamalkan. Dan lebih baik disebar dan dishare kepada kaum muslimin lainnya apalagi yang belum mengenai akan hukum masalah ini.

¤¤ AD-DIINU AN-NASHIIHAH ¤¤

Pondok Pesantren Tahfidz Al-Wafa' Al-Islamy Bima, Ahad, 13 Maret 2016

Silakan SHARE pada yang lain yang belum mengetahui, agar Anda pun bisa dapat bagian pahala.

Komentar

Postingan Populer