Resume Diskusi dengan ibu innu virginia SPi, ' Mengajarkan Disiplin Pada Anak'
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸 RESUME KULWAP HSMN TANGERANG 2
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
🔳TEMA : Mengajarkan Disiplin Pada Anak
😊Narsum : Bu Innu Virginia SPi
🌄Hari : Senin, 11 januari 2016
⏰Jam : 19.00 - 21.00 WIB
🔦 Moderator : bunda Dundee
📝 Notulen: bunda Nurhasanah
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Bismillah...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Alhamdulillahirobbil'alamin...telah hadir di tengah-tengah kita, Bunda Innu Virgiani yang malam ini bakal berbagi ilmu tentang bagaimana mengajarkan anak untuk berlaku disiplin...
Sebelumnya saya Dundee, selaku moderator malam ini, salam kenal untuk Bun Innu, selamat datang...
Monggo kepada Bun Innu untuk memperkenalkan diri sekaligus memberikan selayang pandang untuk tema malam ini....✅
〰〰〰 profil 〰〰〰
Bismillaah.. Salam kenal teman2 semua, saya Innu Virgiani, ibu rumah tangga dari (baru) 1 orang Putri, Psikolog Klinis lulusan Fak Psikologi UI, saat ini berdomisili di Amerika, =)
〰〰selayang pandang 〰〰
💝BEBERAPA METODE MENDISIPLINKAN ANAK & TRIK BERBICARA DENGAN ANAK💝
1. KONSEKUENSI NATURAL
Konsekuensi natural merupakan hasil dari tindakan anak secara alami.
Konsekuensi natural akan
memberikan pengalaman sebab-akibat dari tindakan anak sendiri dan mereka belajar untuk
bertanggung jawab.
Orang tua yang menggunakan konsekuensi natural memungkinkan anak anaknya untuk
menemukan keuntungan dari perintah dan peraturan.
Tanpa ancaman dan debat dengan orang tua, anak anak yang mengalami konsekuensi natural akan terbangun rasa disiplin pada diri sendiri dan kekuatan internal, dan belajar mematuhi perintah bukan karena takut akan
hukuman, akan tetapi karena mereka mengetahui bahwa dengan mematuhi perintah akan
membuat hidup lebih baik.
Contoh penggunaan konsekuensi natural adalah membiarkan anak menghadap gurunya dan
menjelaskan bahwa dia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya karena dia lebih memilih
bermain dibandingkan mengerjakan PR. Jika orang tua ‘menolongnya’ dengan membuatkan
surat izin, maka anak akan belajar bahwa tidak mengapa tidak mengerjakan tugasnya,
karena akan ada ‘dewa penolong’ yang akan menyelamatkannya dari hukuman yang tidak
diinginkan.
KAPAN KONSEKUENSI NATURAL TIDAK BERLAKU?
Orang tua sebaiknya tidak menggunakan konsekuensi natural bila konsekuensi yang akan
timbul berbahaya untuk anak anak atau tidak menyebabkan rasa tidak nyaman bagi anak
anak.
2. KONSEKUENSI LOGIS
Ketika konsekuensi natural tidak berfungsi, orang tua harus membuat konsekuensi logis.
Konsekuensi logis berupa hukuman dan praktis, dapat dilaksanakan dan berkaitan dengan perilaku anak.
Orang tua harus memberikan penjelasan mengenai konsekuensi ini kepada anak anaknya
pada saat tenang dengan jelas dan tegas. sangat penting bagi orang tua untuk memberitahukan terlebih dahulu alasan mengapa mereka harus berperilaku baik dan hasil
keluaran yang diinginkan.
Berikut adalah contoh konsekuensi logis:
Anak yang pulang larut melewati jam malam akan dimajukan jam malamnya untuk beberapa
malam kedepan, atau akan kehilangan haknya menggunakan mobil.
Anak yang bermain secara ceroboh dan memecahkan kaca jendela tetangga harus
menggunakan uang tabungannya sendiri untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Seperti konsekuensi natural, konsekuensi logis harus sesuai dengan perilaku mereka dan
tanpa ancaman atau hukuman fisik untuk anak anak. Orang tua sebaiknya membiarkan
anaknya bertindak sesuai dengan keinginannya, bila ia melanggar aturan maka bersiap
menghadapi konsekuensinya. Hasilnya adalah anak akan berperilaku baik karena mereka
mengetahui bahwa semuanya akan menjadi baik bila mengikuti aturan yang ada. Sebaliknya,
hukuman akan membuat anak berperilaku baik hanya jika mereka takut ketahuan orang
tuanya, dan akan membuat mereka bersikap ‘nakal’ saat tidak ada orang tua.
Yang perlu diperhatikan: waktu mengkomunikasikan, dan konsisten menerapkan konsekuensi tersebut
3. Reward dan Punishment melalui reinforcement negatif
Cara yang terbaik dalam menerapkan reward dan punishment adalah penerapan reinforcement negatif, yaitu:
Memberikan reward ketika anak melakukan hal yang diharapkan dengan MENGURANGI hal yang TIDAK DISUKAInya.
Memberikan punishment ketika anak melakukan hal yang tidak diharapkan dengan MENGURANGI hal yang DISUKAInya.
4. Time Out
Time out adalah suatu cara untuk mengendalikan marah dan menghentikan perilaku buruk anak, dengan memberikannya kesempatan untuk menenangkan diri dan berpikir kembali atas perbuatan yang dilakukannya .
Time out bukanlah sebuah hukuman.
Time out adalah sebuah teknik yang dilakukan orangtua untuk membantu anak berelaksasi. Anak diberikan jeda untuk sendiri, berusaha merenung, serta tanpa diganggu dan tanpa mengganggu orang lain.
Time out menjadi hukuman ketika orangtua memprak-tekkannya dengan tidak tepat.
Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan time out dinilai sebagai hukuman oleh anak:
Time out dilakukan oleh orangtua dengan marah.
Orangtua mengatakan bahwa time out merupakan hukuman atas perilaku anak yang tidak sesuai arahannya.
Tempat time out yang menakutkan dan berkesan tempat penghukuman, seperti kamar mandi dan ruang tertutup.
Tempat time out yang memungkinkan orang-orang dapat melihat anak seperti dihukum.
Langkah dalam Menerapkan Time Out:
Penerapan time out harus didahului beberapa tahapan lain, yaitu:
1. Pembentukan ikatan (bonding) antara orangtua dan anak
2. Pemberian pemahaman bahwa time out ditujukan untuk menenangkan diri karena anak marah-marah ataupun berperilaku buruk.
3. Pembuatan kesepakatan bersama tentang pelaksanaan time out. Hal ini akan memberikan hasil yang berbeda dibandingkan bila peraturan ditetapkan oleh satu pihak saja (orangtua).
4. Sosialisasi bila teknik tersebut akan mulai diterapkan dalam keluarga.
Bagian utama dari disiplin adalah belajar bagaimana berbicara dengan anak-anak.
Cara berbicara orang tua kepada anak akan sangat dipelajari dan ditiru oleh anak.
Berikut adalah beberapa tips agar anak-anak kita mendengarkan kita:
1. Perhatikan Anak Sebelum Memberi Instruksi dan Panggil Menggunakan Namanya
Sebelum mengarahkan anak Anda, posisikan tubuh selevel dengan mata anak Anda dan beri ia kontak mata-ke-mata untuk mendapatkan perhatiannya. Ajari anak untuk fokus: “Adel, lihat Bunda..”
Jaga kontak mata dengan pandangan biasa agar anak tidak akan merasa terkontrol dan kurang dianggap.
2. Bicara Sesingkat dan Sesimple Mungkin, Minta Anak Mengulangi Kata-kata Orang tua
Gunakan satu kalimat saja: Mulai pembicaraan dengan inti dari perkataan Anda. Semakin lama Anda mengoceh, semakin besar kemungkinan anak Anda untuk tidak mendengarkan.
3. Tawarkan Sesuatu yang Tidak Bisa Ditolak Oleh Anak
Beri alasan yang menguntungkan dari sudut pandang anak dan yang sulit ia tolak. Hal ini akan membuatnya menurut pada Anda.
4. Beri Instruksi Positif
5. Bertindak Dulu Baru Berbicara
Anda menunjukkan bahwa Anda serius tentang permintaan Anda; kalau tidak anak akan menafsirkan ini sebagai pilihan saja.
6. Beri Anak Pilihan
"Mau ganti baju atau sikat gigi dulu?"
"Baju merah atau biru?"
7. Bicara Sesuai Perkembangan Anak
Semakin muda anak Anda, instruksi Anda harus sesingkat dan sesederhana mungkin. Pertimbangkan tingkat pemahaman anak Anda.
8. Bicara dengan Kata-kata yang Baik dan Suara halus
Ancaman dan perkataan yang menghakimi cenderung membuat anak bersikap defensif.
9. Pastikan Anak Tenang
Sebelum memberikan perintah, pastikan anak tidak sedang emosional. Kalau tidak, Anda hanya membuang-buang waktu saja. Anak tidak akan mendengarkan Anda jika ia sedang emosional.
10. Ulangi Perkataan Anda
Balita perlu diberitahu berkali-kali karena mereka masih sering mengalami kesulitan menginternalisasi arahan orang tua. Mereka baru belajar memahami perintah.
11. Biarkan Anak Berpendapat
12. Gugah emosi anak dalam berkata-kata, Berikan hadiah kepada anak berupa benda yang disukainya sewaktu-waktu, ungkapkan rasa cinta secara verbal, , berikan pujian setiap kali anak melakukan hal yang diharapkan, dan ingat untuk mencintai anak SEUTUHNYA, SETIAP WAKTU...! Tidak hanya ketika anak berperilaku yang diharapkan, tapi juga ketika anak melakukan hal yang sebaliknya =)) Karena daripada memberikan konsekuensi, yang lebih penting adalah bagaimana memahamkan anak bahwa perilakunya harus dikurangi atau tidak diulangi lagi..
=) insyaa Allah sekarang cukup paham ya Bunda kalau time out adalah salah satu cara yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak, bukan 'sekedar' menghukum
Hukuman, atau lebih tepat konsekuensi, dapat diberikan atau tidak diberikan sesuai dengan pemahaman anak..
〰〰 Tanya Jawab 〰〰
🌺🌺🌺Pertanyaan pertama dari ibu Lulik
1⃣ Bagaimana mendisiplinkan anak disaat kondisi lingkungan tidak memungkinkan .... Atau belum mendukung ....
Contoh ... Hanya ibu ... Sedangkan ayah belum bisa diajak...Bunda Lulik, 😘😘
💝💝Jawab:Ketika menghadapi masalah, sebaiknya tentukan siapa yang 'memimpin' mengarahkan anak.. Agar anak hanya fokus pada 1 orang tersebut.. Misalnya Bunda/ayahnya saja. Sampai 7-10 tahun masih bisa diterapkan.. Hanya saja biasanya anak di atas 7 tahun seharusnya sudah lebih dapat mengontrol/mengendalikan emosinya dan dapat diajak berbicara baik2.. Begitupun anak remaja.. Namun jika merasa anak membutuhkan waktu untuk menenangkan diri insyaa Allah tidak mengapa dilakukan.. Karena seringkali kita sendiri yang dewasa juga membutuhkannya ketika sedang emosi ☺✅ Dan usahakan memang cari tempat yang membantu anak untuk fokus hanya pada ayah/bundanya tsb. Jika tinggal bersama/ ada kakek/nenek/ lainnya, sebisa mungkin sejak awal kondisikan bahwa ketika terjadi masalah dg anak, tolong berikan ruang untuk anak dan orang tua menyelesaikannya. Kalau anak tantrum, mungkin memang harus lebih banyak lagi menahan kesabaran dan menahan malu dan perasaan2 negatif lainnya, dlsb.. Agar anak paham kalau tangisannya tidak menyelesaikan masalah, ayah bundanya ttp konsisten.. Ayah dan Ibu sebisa mungkin memang harus kompak.. Tidak menyalahkan.. Dan memberikan kesempatan pada yang lain untuk lebih dominan pada anak saat itu.. Jadi tidak masalah jika saat itu hanya Ibu yang bisa melakukan sesuatu.. Ayah tidak.. Yang penting secara esensi, orang tua tidak saling menjatuhkan di depan anak.✅
🌺🌺Ttg mendisiplinkan kakak Amira umur 5th tidur sendiri. Ayah masih g tega.Jd suka luluh lihat anak merengek. Dan itu terasa sama anaknya.Tp saya kekeh ... Yg saya lihat ayah menahan diri berusaha menahan diri. Apakah itu cara benar atau ada yg lebih jitu?
💝💝Jawab 1. Tentukan dg sungguh2 bersama suami, mau pisah kamar atau tidak
2. Ketika praktek, biarkan bunda yang 'memimpin'
Ayah mendukung bunda dengan cara yang lain kalau memang tidak tega, misalnya bisa dengan menghindar dulu atau melakukan hal lain yang tidak dilihat oleh anak. Di lain kesempatan, ayah menyemangati anak, berikan kepercayaan pada anak, tanamkan rasa bangga bahwa Amira sudah besar, ayah senang sekali.. Ayah buatkan amira kamar sendiri yang nyamaaan.. Nanti kita hias2 lagi yuk dlsb..So ampe skrg saya belum bisa mendisplinkan kakak
Sehingga ayah tidak akan 'menjatuhkan' bunda di depan anak dengan ekspresinya..
Apalagi anak2 memang sangat cerdas memanfaatkan hal tersebut =)
Bunda juga lakukann hal yang sama pada Amira menyemangati dsb di lain kesempatan sehingga Amira tidak merasa kalau ayah yang lebih 'perhatian' ✅
👍🏻 keputusan musyawarahkan bersama. Praktek, ada yang 'memimpin'. Kalau salah satu merasa tidak sanggup, percayakan pada pasangan.. Biar pasangan yang mengambil alih pada saat itu, dan lakukan usaha di waktu lainnya dg cara lainnya lagi.. Sehingga bisa mencapai hasil yang seperti yang diharapkan insyaa Allah =) ✅ 🌺🌺🌺Pertanyaan kedua dari Bunda Khansa
2⃣ Bagaimana mendisiplinkan anak 3th dlm hal memenuhi kebutuhan nya sendiri? Misal dlm hal makan. Haruskah sbg ortu masih menyuapi atau membiarkan si anak makan sendiri sementara ga akan dihabiskan karena bosen duduk..atau karena anak terkadang dtg moodynya. Haruskah ketat berkata "tidak" mau menyuapi demi anak bisa disiplin?
💝💝💝Jawab: Jika bunda merasa sesekali boleh menyuapi, namun utamanya tetap menyemangati anak untuk makan sendiri, boleh sekali. Namun jika bunda merasa anak harus bisa makan sendiri sampai selesai, silakan saja. Yang penting lihat kemampuan anak. Tiap orang tua punya standar dan nilai sendiri tentang mendisiplinkan anak sehingga tidak ada yang saklek ya, Bunda =)Namun prinsipnya, untuk makan, usahakan lamanya waktu makan maksimal adalah 20 menit, atau pada usia di bawah 2 tahun, 30 menit masih bisa ditolerir.. Karena kalau lebih dari itu, anak tidak paham esensi makan itu sendiri.. Dan kemungkinan besar hanya bermain2 dengan makanan
Berikan porsi yang tidak langsung banyak. Saya pribadi untuk usia 3 tahun, tidak masalah kalau anak sesekali masih disuapi atau dibantu disuapi untuk menghabiskan makanan yang belum habis..Yang jelas, setelah 20 menit, tarik lagi makanannya dan tawarkan lagi 1-2 jam kemudian
Dan mengenalkan rasa lapar pada anak juga sangat penting
Atau kalau bisa disimpan, disimpan, tidak dibuang. Hanya saja harus konsisten menyemangati anak untuk makan sendiri ini.. Sehingga diharapkan pada usia 5-6 tahun anak bisa konsisten makan sendiri: Mungkin kalau anak ngomong
'Suapiiiin'
Bunda bisa mengarahkan dengan bilang
'Bunda, tolong suapin adek dong'. Jadi sekaligus mengajarkan meminta tolong, 'merendahkan diri' pada orang tua, berkata lemah lembut dan tidak berperilaku seenaknya =)✅
Dan mengajarkan kalimat lengkap juga.. Sejak anak usia 2-2.5tahun sudah mulai bisa dikenalkan berbicara dg kalimat lengkap😃✅
🌺🌺🌺 Pertanyaan no.3 dari Bu Eka
3⃣ Misal satu komando dlm mendisiplinkan anak, ibu yg lebih dominan...tp nnti kesannya ibu nya yg tegas (galak).. gmn ya biar gak terkesan galak? 💝💝💝
Jawab: Bunda Eka,
1 komando : dalam 1 hal tertentu.
Dalam hal lain, yang jadi komando, pihak yang lain lagi.. Jangan hanya Ibu.. Ibu.. Ibuuuu terus 😁✅
Kalau saya misalnya: Bagian memandikan anak: saya
Beres2 mainan: ayah nya.
Atau bergantian juga tidak apa2.. Di lain waktu saya yang meminta anak membereskan mainannya juga. Fleksibel saja. ✅
🌺🌺🌺Pertanyaan selanjutnya ya Bunvi dari saya, dundee
4⃣ Kedisplinan yg diterapkan selama ini rontok begitu bertemu dengan saudara2 jk pulang kampung. Ketika kita memberi peringatan ke anak, suka dibilang, "jangan gitu banget ah sama anaknya.masih kecil ini." Jadi,konsep "anak adalah raja" masih diterapkan di kampung halaman.bagaimana cara mengatasinya? Kalau kita kasih pengertian ke yg ngomong spt di atas,dianggap tdk sopan.✅
💝💝💝 Jawab: Pulang kampung seringkali memang mengubah pola kedisiplinan anak karena anak bertemu dengan lingkungan baru yang cenderung memudahkannya =) Oleh karena itu sebaiknya kelekatan emosi anak dan orang tua benar2 diperhatikan sehingga dimanapun anak akan cenderung patuh pada orang tuanya. Namun saya kira orang tua ttp dpat fleksibel dan melakukan penerimaan yang baik pada lingkungan agar tidak stress juga kalau harus berhadapan dg situasi yang tidak diinginkan Jadi ketika menerima respon negatif dari lingkungan, masih bisa senyum dan mencari ide2 lain untuk mengajarkn anak ttp berperilaku baik..
Jadi kalau misalnya langsung diprotes pada saat itu, bisa saja ketika ingin menasehati anak, anak ditarik dulu
Atau biarkan dulu anak seperti itu
Di saat hanya ada bunda dan anak, anak disayang2 dan dievaluasi kembali perilakunya tadi.. Apakah baik, benar, boleh, dlsb.. Seharusnya bagaimana.. Dll
Jadi tidak perlu bersitegang dengan lingkungan, namun ttp dapat mengarahkan anak
✅
Btw, selama ini saya mencari2 referensi ttg usia 0-7 adalah raja, dan saya belum mendapatkan sumber shahihnya
Mungkin kalau ada Bunda yang punya sumber shahihnya, saya mau diinfokan ya.. Jazakillaah khoir =))✅
Pelan2 saja, jangan mengharapkan hasilnya langsung, perhatikan perkembangan anak lainnya
Kalau 2 tahun: anak lagi senang2nya mengeksplore diri dan dunianya, lagi masa egosentris, bahkan masa2 negativistik.. Apapun kata2 orang tua pokoknya tidaaaaak 😄
Jadi sabar dan konsisten insyaa Allah anak paham.. ✅ 🌺🌺🌺Pertanyaan selanjutnya dari Mbak Noni
5⃣Bolehkah kita pihak luar ikut mendisiplinkan anak oranglain ?
Misal...adik saya dan suaminya (maaf) terlalu memanjakan anak soal games, mereka tidak bisa mendisiplinkan dengan tegas soal waktu main, artinya orangtua kalah dengan anak,, nah pada saat ini bolehkan saya sebagai tantenya pihak luar "ikut campur" me disiplinkan anak dan memberikan hukuman/reward..?
Sebatas mana kah diperbolehkannya atau tidak diperbolehkannya..? 💝💝💝Jawab: Agar anak tidak bingung Kecuali kalau anak berada di wilayah kekuasaan bunda.. Misalnya di rumah bunda..
Bilangnya, sekarang di rumah tante ya nak.. Kalau disini peraturannya begini.. Dan lakukan dengan baik dan tenang agar anak tidak 'kabur'
Kalau ikut campurnya sampai memberikan hukuman/reward, sebaiknya komunikasikan dengan orang tuanya dulu. Orang tua anak tsb mungkin bisa diberikan edukasi pelan2 ttg games ini..
Kalau sulit, tawarkan bantuan.. Dan apa yg dapat mereka lakukan..
Kalau mereka mau, silakan saja =)
✅ 🌺🌺🌺 Pertanyaan selanjutnya dari Bu Amel
6⃣ 1. mengenai reward and punishment...
usia 2 tahun sudah bisakah diajarkan konsep ini? lalu untuk contoh punishment nya seperti apa? contoh ketika si anak memainkan susu bubuk dihamburkan ke lantai, ke badannya 😁
2. ohya...satu lagi.. adakah istilah 'pemberian hukuman yg membuat kapok'?
💝💝💝Jawab: 2. Pemberian hukuman yang membuat kapok/ jera.. Kalau jatuhnya anak malah jadi trauma gimana.. 😀
1. Insyaa Allah bisa Bunda, sejak usia 1 atau setelah anak paham kata tidak
Daripada memberikan punishment terkait susu bubuk, sebaiknya hindarkan peristiwa tersebut dulu bunda, misalnya dengan mngamankan di lemari/di tempat yang tidak dapat dijangkau anak langsung setelah digunakan.. =))
Sebenarnya, pada dasarnya, anak2 masih belajar..
Nah belajar itu adalah proses dari tidak tahu menjadi tau.. Tidak bisa menjadi bisa.. Dengan adanya perubahan perilaku. Kalau anak masih mengulangi hal2 yang tidak diharapkan
Berarti
Belajarnya anak ada yang perlu diperbaiki, ditingkatkan..
Dan prosesnya yang perlu dievaluasi
Bukan langsung mengambil sikap menghukum.. 🌺🌺🌺Pertanyaan selanjutnya dari ummu nauroh
7⃣Kenapa ya bunda kadang anak saya(umur 4,5th) kalau dirumah mau bereskan mainan walau saya bantuin...tp kalau dirumah temenny....habis berantakin mainan g mau beresin (pengen cepet pulang aja)ap itu tandanya anak blm dsiplin?
Trus juga kalo di rumah nenekny lebih manja,kadang masih suka minta gendong,sering rengek...padahal kebiasaan
Lanjutan di atas: jadi memang harus memberikan pemahaman dg baik✅
Jadi baiknya kasih hukuman sambil kasih pengertian?hukuman utk efek jera,dan pengertian,biar si anak mengerti mengapa harus dihukum spt ini,gt bunvi?
💝💝💝 Jawab: Kita memberikan hukuman kan tujuannya agar anak paham kalo perilakunya kurang/tidak oke dan perlu diperbaiki.. Cumaa kalo kita ngga bilang sama anak, cuma langsung menghukum/marah2.. Apakah anak akan paham?=)✅
Ummi Naurah
Apakah itu tanda anak belum disiplin?
Belum tentu.. Bisa jadi karena anak belum paham kalau memberekan mainan, dilakukan dimanapun.. Baik di rumah sendiri dan rumah orang lain
Sampaikan dengan menyentuh perasaannya
Kira2 teman/ibu teman sedih ngga kalo adek pulang begitu aja?
Senang ngga kalau adek bertanggung jawab mau membereskan mainan?
Bunda bangga sekali kalau adek bisa membereskan mainan yang habis dimainkan.. Dlsb
Jadi tidak sekedar kognitifnya saja yang diasah.. Anak2 insyaa Allah akan lebih mudah paham sesuatu jika emosinya yang digugah..
Ajarkan empati dan berkasih sayang.. Tanggung jawab dan perhatian.. Dlsb. Nah bisa jadi hal yang sama terjadi pada anak..
Kalo sama ortunya bisa ngga manja2an, ga minta gendong..
Tapi sama nenek karena punya penilaian tertentu (sebagaimana kita punya penilaian thd ibu kandung/mertua/ lainnya) jadi anak bisa berubah sikap.
Manusia memang cenderung menyesuaikan diri
Yah, misalnya sama kayak kita yang bisa manja2 sama suami sendiri tapi ngga ke suami orang 😀
Eh maksudnya
Kalo sama ibu sendiri bisa manja2an tapi kalo sama mertua manja tapi lebih jaim... ☺
Namun intinya jika hal tersebut bukan masalah fundamental, saya kira tidak perlu dianggap serius.. Biarkan anak belajar dengan normal memahami situasinya..
Kecuali kalo nenek ngga kuat gendong.. Bikin punggungnya sakit dlsb atau menimbulkan masalah2 lainnya ✅
Bunda Dunde : kita sebagai istri juga senang kan kalau dipuji suami, teman, dlsb..
Jadi sebenarnya hal tsb adalah normal..
Insyaa Allah anak paham nantinya bahwa ia melakukan / tidak melakukan sesuatu tidak sekedar untuk dipuji
Yang penting kita ajarkan nilai2 baik, adab akhlak, mengapa kita penting melakukannya, pahala yang akan kita dapatkan dari Allah.. Rasa senang yang kita rasakan dari menolong orang lain, dlsb..✅
Iya Bunda, insyaa Allah perkembangan moral anak akan trus tumbuh sejalan berkembangnya waktu dan aspek2 diri anak yang lain, jadi tidak perlu mengkhawatirkan segala sesuatu berlebihan
Rasa khawatir boleh insyaa Allah mengarahkan kita untuk evaluasi, berhati2, dan berusaha lebih baik lagi.. Namun jika malah membuat kita tidak produktif, lansung ingatkan diri, jangan2 hal tersebut dihembuskan oleh syaithan.. Naudzubillaah min dzalik =).
🌹🌹🌹Alhamdulillaah jika diskusi hari ini sudah selesai, semoga pertemuan hari ini bermanfaat dan semoga Allah mudahkan kita dalam mendisiplinkan anak2 kita =)
Kalau soal jatuh bangun dalam mendisiplinkan anak, insyaa Allah hal itu adalah hal yang biasa
Sebagai orang tua kita terus beradaptasi dengan situasi baru dan segala permasalahan kehidupan yang baru..
Jadi truss semangat menjadi orang tua 😍😍😍
Terimakasih Bunda Dundee yang sudah menemani saya malam hari ini..
Juga teman2 semua..
Jazakumullaah khoiron..
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh. Mungkin bisa lewat moderator dikumpulkan ya bunda pertanyaaan yang menyusul.. 😘
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🔅🔆🔅🔆hsmn🔆🔅🔆🔅
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
👥facebook.com/hsmuslimnusantara
👥 FB : HSMuslimNusantara pusat
📷 instagram: @hsmuslimnusantara
🐤 twitter: @hs_muslim_n
🌐 web:
hsmuslimnusantara.org
Komentar
Posting Komentar