Resume diskusi denga ust Nopriadi Hermani. Ph.D dengan Tema MEnginstal Alquran Pada ANak

NOTULENSI DISKUSI HSMN TANGERANG
πŸ“œ hari dan tanggal: jumat, 29-1-2016
πŸ‘Έ Pemateri: ust. Nopriadi Hermani, Ph.D
🌠 Tema: Menginstal AlQuran pada anak
🎀 Moderator: afni
πŸ“ Notulen: cahyani


PROFILE
(Nopriadi Hermani, Ph.D)

πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’— di negeri seribu langgar, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Selepas lulus sekolah menengah atas (SMA) merantau ke kota pelajar, Yogyakarta. Di Kota ini menunaikan amanah orang tua untuk menjadi seorang sarjana. Tahun 1997 meraih gelar sarjana dari Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Beberapa tahun kemudian menyelesaikan program master di Biomedical Engineering, Nanyang Technological University, Singapura. Selanjutnya, meraih gelar Philosophy of Doctor (Ph.D.) di Tokyo Institute of Technology, Jepang, dengan spesialisasi Pattern Recognition & Machine Learning.

⌛ Sejak kuliah hingga sekarang menyenangi banyak berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi, pengembangan diri, agama Islam, manajemen, organisasi, kepemimpinan, ilmu sosial-politik, ekonomi, sejarah, peradaban, falsafah ilmu, disamping tentu saja bidang sains & engineering.

πŸ“ Saat ini hidup bersama seorang istri (Tin Rahmawati) dengan tiga anak (Shafa, Althof dan Kautsar) di Yogyakarta. Menjadi seorang pendidik (educator) adalah nafas hidupnya. Sehari-hari mengajar di Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Pernah mengajar di berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Di samping mendidik di lembaga formal (perguruan tinggi), juga mengabdikan diri secara penuh pada pendidikan keluarga dan masyarakat.

πŸ’The MODEL for Smart ParentsπŸ’

Penulis buku pengembangan diri spritual ideologis berbasis Islam yang berjudul The MODEL.
Buku yang telah masuk ke berbagai kalangan.

Dalam waktu dekat akan hadir buku The MODEL for Smart Parents sebagai aplikasi The MODEL untuk keayahbundaan. Selain itu bersama pakar yang kompeten akan dibuat buku-buku turunan dari The MODEL seperti The MODEL for CEO, The MODEL for Entrepreneur, The MODEL for Leader, The MODEL for Manager, The MODEL for Teacher, The MODEL for Teenager, The MODEL for Kids, The MODEL for Mother, The MODEL for Shalehah Woman, The MODEL in Organization dan sebagainya.

Baru-baru ini The MODEL telah melangkahkan kaki dalam dunia ilmiah dengan dipresentasikannya paper berjudul “Aplikasi The MODEL dalam level organisasi” dalam forum The 1st National Conference on Islamic Psychology (NCIP) & The 1st Inter-Islamic University Conference on Psychology (IIUCP), 27-28 Februari 2015 di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta.

Lebih jauh tentang The MODEL bisa dibaca di ww.facebook.com/buku.themodel

πŸ“šPrologπŸ“š
KEPEMIMPINAN*
(Menjadi Pemimpin di Kehidupan Anak-Anak Kita)

πŸ“ Ayahku adalah pemimpinku. Ibuku adalah pemimpinku. Ayah dan ibuku adalah para pemimpin di dalam hidupku. Demikianlah harapan anak-anak kita. Mereka selalu berharap ada yang membimbing hidup mereka. Mungkin mereka tidak pernah mengajukan permintaan sebagai makmum. Juga tidak pernah meminta kita secara lisan sebagai imam. Tapi, sejak lahir di muka bumi ini, mereka telah ditakdirkan oleh Allah swt. berada dalam tanggung jawab kita. Mereka tidak bisa memilih siapa yang menjadi bapak ibu mereka. Kitalah yang dipilih oleh Allah swt. mengasuh, membesarkan dan mengarahkan hidup mereka. Secara fitrah orang tua memegang amanah kepemimpinan bagi anak-anak mereka.

Inilah yang saya pahami. Ini pula yang mudah-mudahan Anda pahami. Tidak hanya panggilan alam, peran sebagai pemimpin adalah amanah syar’i sebagaimana termaktub secara abadi di dalam hadits mutafaqun ‘alayh berikut,

“Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Setiap wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (Muhammad SAW)

πŸ“ Kesadaran bahwa kita, orang tua, sebagai pemimpin bagi kehidupan anak-anak sangat penting dalam proses pendidikan mereka. Abai dengan peran ini membuat fungsi kepemimpinan diambil alih oleh lingkungan, teman, bacaan, tontonan, gadget atau apa saja yang ada di sekitar mereka. Kekuatan-kekuatan ini berlomba menjadi pemimpin bagi jiwa dan kehidupan anak-anak kita. Berebut men-tuning pribadi mereka. Dan anak-anak tanpa sadar memposisikan diri sebagai makmum mereka. Bila itu terjadi, maka pribadi anak-anak akan berkembang di luar harapan orang tua. Mereka menjadi anak lingkungan yang tumbuh laksana tanaman liar. Celakanya, lingkungan tempat tumbuh kembang anak-anak telah tercemari oleh banyak racun: racun kapitalisme, sekulerisme, hedonisme, materialisme dan banyak lagi isme-isme rusak yang lain.

πŸ” Lalu bagaimana cara menjalankan fungsi kepemimpinan bagi anak-anak kita?

Izinkan saya meminjam istilah-istilah yang dipakai Stephen Covey di dalam bukunya The 8th Habit. Sebagai kerangka penjelasan bagaimana menjalankan konsep kepemimpinan orang tua.

πŸ” Untuk menjalankan fungsi kepemimpinan, maka orang tua paling tidak harus mampu menjalankan 4 fungsi elementer  seperti, pathfinder (pemandu jalan), empowering (pemberdayaan), alignment (penyatuan) dan role model (suri teladan).

1⃣ Fungsi pertama sebagai pemandu jalan (pathfinder). Orang tua, terutama ayah, wajib berperan sebagai pemandu jalan dalam kehidupan anak-anak mereka. Menunjukkan arah perjalanan hidup yang akan dilalui anak-anak mereka. Membimbing mereka agar hidup dengan visi yang benar dan besar. Membimbing mereka bagaimana meraih kedua visi tersebut.

Sekarang bayangkan kita dan keluarga sedang berada di tengah hutan belantara yang terlihat indah namun penuh ketidakpastian. Apakah layak bila orang tua menikmati keindahan hutan, sementara anak-anak dibiarkan bermain tanpa arah? Umumnya orang tua selalu memantau dan waspada. Memastikan anak-anak bermain di daerah yang aman. Kalau perlu orang tua menunjukkan dimana mereka harus bermain. Bukannya membebaskan berkeliaran mengikuti terbangnya burung jalak atau mengejar kelinci masuk ke dalam hutan. Secara naluriah orang tua akan menahan anak-anak menuju tempat yang berbahaya. Mencegah mereka memasuki wilayah yang tidak bisa dipastikan keamanannya.  Orang tua selalu menginginkan daerah teraman untuk bermain anak-anak mereka.

Begitu pula dengan kehidupan ini. Orang tua harusnya memastikan bahwa jalan hidup anak-anak mereka berada dalam track yang benar. Membimbing dan menumbuhkan visi hidup buah hati dalam kehidupan masa depan. Sebagaimana standar The MODEL, maka ada dua macam visi yang musti di-tuning pada anak-anak. Pertama adalah visi akhirat (true vision) dan yang kedua adalah visi dunia (big vision).

Orang tua tidak akan membiarkan anak-anaknya hidup tanpa arah (visi) atau menuju arah yang salah. Anak-anak harus dipastikan sedang menuju pintu kesuksesan, sukses dunia dan akhirat sekaligus. Sebagaimana do’a kita,

“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (TQS. Al-Baqarah: 201).

2⃣ Fungsi kedua adalah pemberdayaan (empowering). Orang tua harus men-tuning anak-anak dengan kualitas pendidikan yang terbaik. Bayangkan buah hati kita sebagai anak raja yang biasanya mendapatkan pendidikan terbaik. Anak raja bukanlah anak rakyat kebanyakan. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pribadi sempurna. Disiapkan untuk memegang tampuk kepemimpinan berikutnya. Oleh karena itu, anak-anak kita musti mendapatkan pendidikan yang mampu menumbuhkan potensi maksimal mereka. Mampu membangun kecerdasan beragam yang mereka miliki. Mampu menanamkan visi akhirat dan visi dunia sekaligus. Mampu membimbing bagaimana meraih dua visi tersebut. Mampu menyiapkan anak-anak agar siap menggenggam singgasana dunia. Terakhir, mampu menumbuhkan jiwa kontributif dalam membangun peradaban.

Pemberdayaan pada buah hati berarti memastikan mereka memiliki modal untuk sukses dan kontributif. Lalu modal apa yang dibutuhkan?  Di dunia pendidikan dikenal dua macam kompetensi yang menjadi bekal dalam menjalani kesuksesan. Yang pertama adalah hardskill dan yang kedua adalah softskill. Hardskill adalah kompetensi akademik atau kemampuan teknis. Misalnya, penguasaan pelajaran sekolah atau keterampilan komputer, bahasa, pertukangan, memasak dan lain-lain. Sementara, softskill adalah kemampuan dalam mengelola diri serta interaksi dengan orang lain. Contoh softskill adalah manajemen waktu, mengatasi emosi, komunikasi dengan orang lain, memimpin dan lain-lain. Nah, memberdayakan anak-anak berarti memberi bekal hardskill dan softskill ini sekaligus.

Disamping hardskill dan softskill, orang tua juga harus memastikan anak-anak hidup berdasarkan good values. Good values yang dimaksud di sini adalah Islam. Hardskill, softskill dan good values adalah modal bagi mereka dalam meraih visi akhirat dan visi dunia. Penguasaan tiga hal ini merupakan inti pemberdayaan anak-anak kita.

3⃣ Fungsi yang ketiga adalah penyatuan kekuatan (alignment). Orang tua haruslah memahami segala sumber daya yang ada di dalam keluarga. Harus kreatif membangun atmosfir keluarga yang sinergis. Menyatukan sumber daya tadi demi mewujudkan tujuan bersama. Tujuan utama dan pertama adalah meraih visi akhirat. Mendapatkan surga terbaik di yaumil akhir. Tujuan berikutnya adalah mewujudkan visi dunia setiap anggota keluarga, termasuk visi anak-anak di masa depan.
Orang tua harus bisa melihat segala potensi yang dimiliki keluarga agar bisa saling melengkapi. Harus melihat segala kesempatan dalam membangun sinergi. Dalam sinergi, satu ditambah satu tidak sama dengan dua. Sinergi itu ketika kita mampu menambah satu kekuatan dengan satu kekuatan sehingga menjadi seratus, seribu, sejuta bahkan tak terhingga kekuatan.

Misalnya, berikan amanah pada kakak untuk membacakan buku bagi adik-adiknya. Membacakan sirah Nabawiah atau hadits-hadits terkait akhirat. Ini tidak hanya membuat adik menjadi paham tentang agama, tapi juga membangun kepercayaan diri pada sang kakak. Bila adik sudah cukup besar maka bisa pula membacakan sirah, hadits, ayat Qur’an atau pelajaran lain bagi sang kakak. Kakak juga bisa diminta memeriksa pekerjaan rumah adik, sementara adik diminta membantu keperluan kakaknya. Sinergi juga bisa dibentuk melalui saling menasehati dengan baik untuk kebaikan. Pemberdayaan potensi anak-anak kemudian diikuti dengan penyatuan potensi mereka dalam sebuah kehidupan yang sinergis akan memudahkan pencapaian visi bersama.

4⃣ Fungsi keempat adalah menjadi tauladan (role model). Tauladan yang baik (uswatun hasanah) adalah inti sari dari setiap kepemimpinan. Tanpa keteladan, ucapan baik orang tua hanya berakhir sia-sia. Apa yang dilakukan berbicara lebih keras dibandingkan apa yang terucap. Mata dan telinga anak selalu tertuju pada orang tuanya. Merekam aktifitas orang tua sehari-hari. Kebiasaan orang tua yang diindera oleh anak akan sangat efektif men-tuning anak-anak. Oleh sebab itu, orang tua harus menjadi contoh hidup dari segala nilai baik yang diceramahkan. Orang tua harus menjadi pelaku dari segala kebaikan yang diajarkan. Allah swt. menjaga dengan mewajibkan setiap orang, termasuk orang tua, agar merealisir satunya kata dengan perbuatan.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (TQS. As-Shaff: 2-3)

Jadi, tidak salah bila kita sebagai orang tua mengingat kembali pepatah bijak dari Naomi Aldort bahwa “Mendidik anak pada dasarnya mendidik diri sendiri”.

πŸ† Selamat menjadi pemimpin bagi anak-anak peradaban Islam di masa depan! Semoga Allah swt. meneguhkan kepemimpinan kita dalam kehidupan anak-ana. Aamiiin yaa Rabb. *dicuplik dari buku: The MODEL for Smart Parents

Nopriadi Hermani, Ph.D
Facebook: Nopriadi Hermani
Twitter: @nopriadi
Email: nopriadi73@gmail.com

πŸ™‹Tanya JawabπŸ™‹

1⃣ bu sukma:
Bagaimana cara menanamkan value agar benar2 tertanam ke anak (anak2 sy balita), setelah mereka
pulang main, atau kumpul keluarga besar, terkadang ada "oleh2" yang dibawa pulang.. Kata2 yg kasar, atau adab yg kurang baik.

Jawab:
Penanaman value yg baik untuk balita adalah dengan sikap konsisten orang tua terhadap nilai yang ingin ditanam. Value yg tumbuh nampak dalam kehidupan ortu Insyaa Allah akan tertanam kuat.
Sayangnya, anak2 seringkali juga terekspose secara konsisten oleh nilai2 yang bertentangan dg value yg diinginkan ortu. Biasanya didapat dari lingkungan.
Anak2 ter-tuning oleh lingkungan di sekitarnya.
Di sinilah pentingnya ortu disamping membiasakan dan mendampingi praktek nilai yang diinginkan, ortu juga harus peka dengan segala kekuatan jahat yg turut menanamkan nilai. Ortu harus mampu membatasi pengaruh negatif tersebut.
Misalkan membatasi penggunaan gadget bahkan teman yang jauh dari value yg diinginkan ortu.
Ortu harus bisa membangun komunikasi yg efektif sehingga mampu men-tuning anak2 sesuai dg value Islam.

2⃣Bu ratih:
Ust saya sering mau mentalaqi anak2.. Saya baru bismillah az lgs pada lari sendiri2.. Kayak enggan begitu.
Akhirnya g jd...Takutny klo maksa malah g bener hasilny
(anak 5y ce, 3y co). Saya harus gimana ya ust?

Jawab:
Anaknya baru kecil-kecil.
Bisa dibuat sambil menggunakan gerakan2 yg menarik?
Mungkin anak2 merasa terlalu serius dan maaf seringkali kita memaksa mereka. Kita tahu bahwa talaqqi itu penting utk mereka, tapi mereka khan tidak paham.
Anak2 seringkali memang mudah bosan, kecuali ada gaya yg baru.
Sehingga di sinilah pentingnya ortu kreatif dalam menggunakan permainan dalam pembelajaran utk usia-usia tsb.
Memang ada ustadz yg tidak setuju dg konsep belajar sambil bermain tp utk anak usia balita saya kira tidak ada pilihan kecuali berusaha membuat dia paham dg cara yg menyenangkan.

3⃣bu nunung:
Bagaimana menjelaskan ke anak usia 2.5 thn ttg perbedaan agama??
(Misal..anak saya menggunakan khimar jika kluar rmh..namun jika mertua saya dtg..anak saya blg : "bunda..farra ga mau pake jilbab n ga mau solat..oma ga pake jilbab n oma opung ga solat").
Syukron. Barakallah. Jazakillah khoir

Jawab:
Bunda, mungkin putrinya merasa mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan saat menggunakan khimar dan shalat.
Kadang kita buru2 "mewajibkan" anak2 melakukan amalan wajib utk anak2, tapi sebenarnya bagi mereka tdk wajib. Saking kita inginnya anak2 mempraktekkan  amalan baik, kita jadi terlalu ketat.
Untuk anak usia 2,5 th ajarkan Islam dg pengalaman menyenangkan.
Tidak salahnya melepas khimarmya ketika dia kepanasan sambil diutarakan kalau sdh besar nanti khimarnya tdk boleh di lepas.

4⃣bu dewi damayanti:
Bagaimana cara menumbuhkan jiwa kepemimpinan pd anak di rumah dan selain d rumah. Karena anak sy anak satu2nya. Dan untuk kedepannya blm ada rencana mau nambah apa engga, karna alasan tertentu.

Jawab:
Ajari dia dengan memberi tanggung jawab Bunda.
Jangan ragu cerewat pada anak2. Memberi tanggung jawab ini penting agar dia terbiasa dengan menjalankan amanah.

5⃣bu putri:
Assalamu'alaikum warohmatulloh..
Bagaimana metode terbaik dlm memberikan hapalan Al Quran pada balita?

Jawab:
Wa'alaikumslm.
Bisa dengan memperdengarkan murottal dan menghafal bersama-sama.
Bila ada lembaga profesional dalam menghafal utk anak2 tidak ada salahnya memasukkan anak2. Asalkan jangan memaksa mereka.

6⃣bu vasthi:
saya ortu baru, anak saya berusia 8bln. dalam mendidik anak lebih baik tinggal berpisah dengan orang tua atau ikut ortu dulu, karena jujur saat ini masih sangat merasa belum mampu untuk tinggal sendiri..

Jawab:
Tergantung Bunda.
Bila kehadiran nenek-kakeknya memberi dampak pendidikan yg baik maka tidk apa ikut ortu.
Cuma, dari banyak pengalaman yg saya lihat dan dengar tinggal bersama ortu atau mertua seringkali menimbulkan masalah.
Terutama utk ortu or mertua yg kurang update dngan perkembangan pendidikan.
Masalah lain muncul ketika ortu or mertua memperlakukan kita masih sprt anak2. Tidak melihat putranya sekarang adalah orang dewasa bukan anak2.
Kalau saya pribadi prefer tinggal mandiri.

πŸ™‡ClosingπŸ™‡

Bunda-Bunda HSMN yang hebat,
Senang bersua malam ini dg bunda2 yang serius mencetak generasi hebat.
Sebagai penutup saya hanya ingin menggaris bawahi.

 Inti kepemimpinan adalah menjadi role model (teladan) bagi anak-anak kita. Memimpin artinya menunjukkan arah, memberdayakan pribadi mereka dan menyatukan segala potensi untuk mencapai arah bersama (dunia dan akhirat).

Karena berbagai kekuatan (lingkungan) juga turut berebut menjadi pemimpin bagi jiwa dan pribadi anak-anak kita, maka pastikan kita adalah tuner terkuat mereka. Tuninglah anak-anak dengan menjalani kehidupan Islam secara konsisten dalam keluarga. Tegakkan Islam pada diri kita, maka Insyaa Allah akan tegak pula pada anak-anak kita.
Kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamu'alaikum wrwb.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
πŸ”…πŸ”†πŸ”…πŸ”†hsmnπŸ”†πŸ”…πŸ”†πŸ”…
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
πŸ‘₯facebook.com/hsmuslimnusantara
πŸ‘₯ FB : HSMuslimNusantata Pusat
πŸ“· instagram: @hsmuslimnusantara
🐀 twitter: @hs_muslim_n
🌐 web:
hsmuslimnusantara.org

Komentar

Postingan Populer