NILAI DUNIA DISISI ALLAH TA'ALA

INILAH NILAI DUNIA DISISI ALLAH TA'ALA
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين, أما بعد :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid : 20)
Jabir bin Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma berkisah :
“Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallaam melewati pasar, sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata :
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
'Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham..?'
Mereka menjawab, 'Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini..?'
Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallaam kemudian berkata, 'Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian..?'
'Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,' jawab mereka.
Beliau pun bersabda setelahnya, 'Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian'.” (HR. Muslim no.7344)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullaahu berkata memberikan penjelasan terhadap hadits ini :
“Janganlah engkau condong kepada dunia. Jangan engkau jadikan dunia sebagai tanah air (tempat menetap), dan jangan pula pernah terbetik di jiwamu untuk hidup kekal di dalamnya. Jangan engkau terpaut kepada dunia kecuali sekadar terkaitnya seorang asing pada selain tanah airnya, dimana ia ingin segera meninggalkan negeri asing tersebut guna kembali kepada keluarganya.” (Syarhu Al-Arba’in An- Nawawiyyah fil Ahadits Ash-Shahihah An-Nabawiyyah, hal. 105)
Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu melihat Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallaam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullaah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk.”
Beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallaam menjawab :
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia..? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullaahu dalam Shahih At-Tirmidzi)
Umar ibnul Khaththab radhiyallaahu ‘anhu pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallaam sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata:
فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟
Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis..?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia) dan Kaisar (raja Romawi) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah.”
Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat..?”
(HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)
Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab radhiyallaahu ‘anhu berkata kepada Nabinya,
ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّوْمَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُوْنَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Mohon engkau wahai Rasulullaah berdo'a kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.”
Rasulullaah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab..? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia.”
(HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)
Jangan terkecoh dengan nikmat dunia, dia bukanlah ukuran mulia dan hinanya seseorang di sisi Allah. Dia juga bukan ukuran benar dan salahnya seseorang.
Semua hamba akan diberikan Allah nikmat dunia, sebagaimana firman-Nya,
"Kepada masing-masing golongan itu, baik golongan yang menginginkan dunia maupun golongan yang menginginkan akhirat, Kami bantu mereka SEMUA dengan pemberian dari Tuhanmu." [Al-Isra: 20]
Ingatlah bahwa kenikmatan dunia ini sangatlah sedikit di mata Allah, oleh karenanya Allah tetap memberikannya walaupun kepada orang kafir, sebagaimana sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallaam,
"Seandainya dunia ini sama nilainya di sisi Allah dengan satu sayap seekor nyamuk, tentu Dia tidak akan meminumi orang kafir, meski hanya seteguk".
[HR. Attirmidzi: 2320 dan yg lainnya, dan disahihkan oleh Syaikh Albani]
Oleh karenanya, tetaplah teguh di atas syariat-Nya. Fokuskan hidupmu untuk meraih kehidupan akhirat yang mulia. Dan tenanglah, jangan khawatir, dengannya Allah akan tetap memuliakanmu di dunia.
Demikianlah nilai dunia, wahai saudaraku. Dan tergambar bagimu bagaimana orang- orang yang bertakwa lagi cendekia itu mengarungi dunia mereka. Mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, karena dunia hanyalah tempat penyeberangan. Di ujung sana menanti negeri keabadian yang keutamaannya tiada berbanding dengan dunia.
Wallaahu a’lam.
Wallaahu Waliyyut Taufiiq
Semoga bisa memberikan manfaat untuk kita semua, serta bisa sebagai acuan untuk senantiasa memberikan kita ilmu yg bermanfaat, Rizqi yg Halal lagi Baik dan amalan yg diterima.
¤¤ AD-DIINU AN-NASHIIHAH ¤¤
Di Tulis :
Di Kamar Zal. Penyakit Dalam Anak, Rumah Sakit Muhammadiyah Bima, Tgl 02 Maret 2016
Komentar
Posting Komentar